Sabtu, 10 Januari 2009

Teman dan Kehidupan


Teman yang baik bukanlah yang selalu menganggapmu benar tetapi yang selalu membantumu agar tetap dalam kebenaran. Karena manusia dapat jatuh dalam kesalahan, sedang ia tidak sadar hingga ia terus terperosok ke jurang yang lebih dalam. Atau ia sadar dan menyesalinya namun belum mampu untuk kembali ke jalan yang benar.


Teman yang baik diperlukan untuk terus mengingatkan akan kebenaran dan kesabaran. Teman yang baik dapat membantu meningkatkan kekuatan untuk bangkit. Walaupun sama-sama dalam keadaan terperosok, namun tetap saling menasihati dan kesadaran bisa menjadi sangat berarti untuk kembali pada kebenaran.

Nasihat atau ajakan pada kebenaran harus tetap ada karena lawannya yaitu ajakan pada kejahatan selalu ada dan bahkan menjadi sangat besar dan merata pada zaman ini, walaupun banyak yang tak menyadarinya.

Apakah hidup itu indah?

Jawaban setiap orang tentunya berbeda. Mereka yang sedang bahagia atau sedang membangun optimisme tentu akan menjawab dengan positif, namun berbeda dengan orang yang merasakan, melihat penderitaan atau pesimis.

Kehidupan di dunia ini telah diciptakan penuh keindahan dan penderitaan. Namun kehidupan tidak hanya di dunia ini, kematian adalah gerbang menuju kehidupan selanjutnya, kehidupan yang abadi yaitu akhirat. Orang yang percaya hal itu tentunya mengetahui bahwa hakikat kehidupan di dunia adalah sebuah ujian.

Allah menyatakan dalam Al-Quran yang artinya:

Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.(al-Kahfi,18:7)

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya, karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.(al-Insaan,76:2)

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan . Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (al-Anbiyaa',21:35)

Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (al-Mulk,67:2)

Kemuliaan atau kehinaan yang sesungguhnya tidaklah diukur dari kenikmatan atau penderitaan dalam kehidupan dunia seperti harta, teknologi, atau budaya, namun diukur dari ketaatan atau kedurhakaan kepada-Nya.

Allah berfirman yang artinya:
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.(al-Hujuraat,49:13)

Orang yang paling mulia adalah yang paling bertaqwa kepada Allah, yaitu yang taat kepada-Nya sesuai dengan petunjuk-Nya yang telah disampaikan melalui utusan-Nya.

Ketaatan tersebut tentunya meliputi hati, lisan dan perbuatan, bukan lisan dan berbuatan saja sedangkan hatinya tidak, atau hati saja sedang lisan dan perbuatannya tidak.

Persaudaraan

Semua manusia adalah keturunan nabi Adam -'alaihissalam-. karena itulah semua manusia sebenarnya saudara, apapun rasnya, bangsanya, sukunya, warna kulitnya, bahasanya, tanah airnya. Seseorang tak pernah memilih untuk dilahirkan di mana, apa rasnya, apa bangsanya, apa sukunya, apa bahasanya. Mungkin suatu ras mempunyai suatu kelebihan dibandingkan yang lain, namun itu tak dapat menjadikannya sombong. Semua kelebihan adalah karunia dari Sang Pencipta, ia akan dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya.

Kesombongan telah terjadi pada iblis, seseorang dari bangsa jin, makhluk yang diciptakan lebih dahulu dari manusia. Dia merasa lebih baik dari manusia sehingga tidak taat pada Allah ketika diperintah untuk sujud kepada Adam padahal dia tau benar bahwa itu perintah yang benar dari Allah, tetapi kesombongan telah menguasainya. Maka dia akan membuktikannya, dia telah bersumpah untuk menyesatkan semua manusia, dan hanya sedikit manusia yang akan selamat yaitu orang-orang yang ikhlash. Kesombongan telah menjadikannya terkutuk dan menjadi sebab berbagai kerusakan. Orang yang berakal tentunya dapat mengambil pelajaran dari kejadian itu.

Allah dengan ilmu dan kebijaksanaan-Nya telah memilih nabi terakhir dari bangsa Arab untuk menyampaikan petunjuk-Nya kepada seluruh manusia dan jin dari pada zaman beliau sampai hari kiamat. Bangsa Arab tentunya tidak boleh sombong terhadap bangsa lain, demikian pula bangsa lain termasuk jin pun tidak pantas sombong dan menolak petunjuk Allah hanya karena yang dipilih menjadi nabi-Nya yang terakhir bukan dari bangsanya. Seluruh manusia seharusnya menerima dan mengikuti beliau agar kehidupannya menjadi baik di dunia dan di akhirat.

Mencari ketenangan

Berbagai kejadian pencarian kebenaran telah terjadi dalam sejarah manusia, seperti Salman dari Persia yang awalnya beragama majusi, ia melihat bahwa agama nasrani lebih baik dari agamanya, maka ia pun menganut agama nasrani walaupun dimusuhi oleh keluarganya dan meninggalkan lingkungannya, ia terus mempelajari agama kepada orang-orang yang ahli ilmu agama, sampai ketika guru nasrani terakhirnya akan meninggal, Salman bertanya, kepada siapa lagi dia dapat belajar, maka guru itu pun menyebutkan bahwa tidak ada orang lain yang lebih ahli tetapi akan ada nabi terakhir yang akan diutus, maka disebutkanlah ciri-cirinya dan tempat keberadaannya.

Salman berusaha mencari dengan sungguh-gungguh walaupun mengorbankan harta dan segalanya sampai-sampai dia dijadikan budak. Akhirnya dia sampai di tanah Arab di tempat yang sesuai ciri-ciri yang disebutkan, walaupun dia sebagai budak. Salman pun mendengar tentang nabi terakhir dari Makkah. Ketika dia bertemu, dia buktikan apakah sesuai ciri-cirinya, maka setelah yakin, betapa gembiranya dia telah menemukan yang selama ini dia rindukan dan dia cari-cari dengan penuh perjuangan. Salman pun menjadi salah satu sahabat nabi yang mulia dan mendapat ketenangan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Demikian juga para sahabat yang pada awalnya beragama nasrani atau yahudi termasuk yang bukan bangsa Arab, yang mereka mau menerima ajaran yang dibawa oleh sang nabi terakhir karena mereka tulus dan tidak sombong, tidak menolak kebenaran.

Demikian juga di zaman sekarang, banyak orang dari berbagai latar belakang akhirnya menemukan kebenaran yaitu islam dan memegangnya erat-erat bahkan dapat lebih dari orang yang dari kecil mengenal islam. Ada yang dari kalangan artis international, bangsawan, ilmuwan, pelajar/mahasiswa, atau bahkan aktivis agama lain.

Tak ada yang dapat menghalangi ketika hidayah Allah datang pada mereka walaupun cobaan yang menghadang perjuangan mereka sangat banyak. Mereka telah melihat kebenaran dan kebaikan Islam hingga membuat mereka memutuskan untuk memeluk islam walaupun menghadapi banyak rintangan seperti dari keluarga atau teman. Namun mereka mendapatkan ketenangan dalam islam, kejelasan keyakinan, kemudahan, ajaran yang menyeluruh dan penjagaan keaslian literaturnya.

Perjuangan

Telah ditakdirkan bahwa umat manusia dan jin harus menjalani kehidupan dunia sebagai ujian, namun Sang Pencipta tidak membiarkan begitu saja tanpa petunjuk, melainkan mengutus para utusan dari kalangan manusia yang jumlahnya sangat banyak. Semuanya mempunyai tugas utama yang sama yaitu mengenalkan Sang Pencipta kepada manusia, dan menyampaikan petunjuk-Nya kepada manusia.

Dahulu masing-masing umat diutus para utusan sampai tiba waktunya utusan terakhir yang diutus untuk seluruh umat di akhir zaman. Ajarannya menyempurnakan ajaran para utusan sebelumnya dan berlaku pada masanya sampai hari kiamat. Keasliannya terjamin dengan lahirnya para ulama yang berjuang keras menjaganya.

Para utusan dan para ulama itulah yang paling keras ujiannya. Mereka berjuang keras untuk menyampaikan pesan petunjuk dari Sang Pencipta kepada manusia. Tak jarang mereka dimusuhi oleh kaumnya sendiri, dan sedikit yang mengikutinya, bahkan ada utusan yang tidak punya pengikut. Mereka tidak mencari keuntungan dunia seperti harta atau kekuasaan, tetapi mereka berjuang untuk menyelamatkan umat manusia dari bahaya, kerusakan dan kesesatan yang akan timbul jika manusia tidak mengikuti petunjuk Allah.

Musuh

Iblis dan pasukannya, pengalaman ribuan tahun mungkin membuatnya lihai dalam aksinya. Misi utamanya bukanlah untuk membunuh manusia, namun agar manusia tidak menerima atau melaksanakan petunjuk Allah sehingga dengan itu iblis membuktikan bahwa manusia tak lebih baik dari dirinya. Tipu daya iblis bisa dibedakan menjadi dua macam. Kenikmatan dunia dan kerancuan / berlebih-lebihan dalam agama.

Hasilnya adalah segala kerusakan di sepanjang sejarah manusia, baik kerusakan duniawi maupun kerusakan agama. Kerusakan duniawi seperti pembunuhan jutaan manusia, kerusakan lingkungan, kerusakan moral, dsb. Sedangkan kerusakan agama berupa munculnya banyak sekali pemahaman dan praktek menyimpang yang mengatasnamakan agama padahal bukan benar-benar dari petunjuk Allah yang telah disampaikan oleh nabi-Nya melainkan tambahan-tambahan saja dari orang-orang.

Kerusakan agama jauh lebih berbahaya, dengan mempraktekan ajaran baru berarti meninggalkan ajaran yang sebenarnya, dan sedikit demi sedikit penyimpangannya menjadi semakin jauh, dan semakin lama semakin sulit untuk kembali bahkan sedikit harapannya untuk bertaubat karena menganggap ajaran baru tersebut sebagai kebenaran, padahal sebaliknya, itulah yang disebut kesesatan.

Secercah Harapan

Memang sudah takdir bahwa semakin hari, kerusakan akan semakin besar namun juga telah ditakdirkan bahwa senantiasa ada sekelompok pengikut Rosul yang berada di atas kebenaran, menjaga perintah Allah dan berjuang di jalan-Nya. Mereka adalah yang mengikuti Rosul dengan sebenar-benarnya.

Yang paling mengetahui kebenaran adalah Allah, manusia yang paling mengetahui tentang Allah dan pesan petunjuk-Nya adalah para Rosul-Nya, manusia yang paling mengetahui tentang Rosul dan petunjuknya adalah para Shohabatnya. Maka manusia yang di atas kebenaran adalah yang paling mengetahui tentang mereka dan petunjuknya dan mengamalkannya, yaitu para ulama yang sholeh. Mereka yang memahami dan mengamalkan agama sebagaimana Rosul dan para shohabatnya memahami dan mengamalkannya. Mereka yang tidak menambah-nambahi atau mengurang-ngurangi ajaran agama, tidak membuat-buat ajaran baru dalam agama, karena ajaran agama yang disampaikan oleh sang utusan terakhir merupakan ajaran yang telah sempurna.

Allah berfirman dalam surat At-Taubah ayat 100 yang artinya "Dan generasi yang terdahulu dan pertama-tama (masuk Islam) diantara kaum Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah telah ridha kepada mereka (Muhajirin & Anshar = Sahabat/Salafus Sholih) dan mereka ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya mereka kekal didalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung.

(Danang Aji Wirawan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar