Sabtu, 17 Januari 2009

Perintah Terbesar

Setelah kita tahu bahwa Tuhan Yang telah menciptakan alam semesta ini telah mengutus para nabi untuk menyampaikan petunjuk bagi manusia dalam hidup di dunia ini, lalu apakah perintah terbesar atau utama pada manusia?


(Surat An Nahl [16] ayat 36) Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut* itu",..

*Thaghut yaitu setiap yang diagungkan -selain Allah- dengan disembah, ditaati, atau dipatuhi, baik yang diagungkan itu berupa batu, manusia, ataupun syetan.

(Surat21: Al Anbiyaa' ayat 25) Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku".

Dalam buku shohih Bukhori dan shohih Muslim, disebutkan bahwa Mu'adz bin Jabal, radhiyallahu 'anhu, menuturkan:

"Aku pernah diboncengkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di atas seekor keledai. Lalu beliau bersabda kepadaku:

Hai Mu'adz, tahukah kamu apakah hak Allah yang wajib dipenuhi oleh para hamba-Nya dan apa hak para hamba yang pasti dipenuhi Allah?

Aku menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.

Beliaupun bersabda: Hak Allah yang wajib dipenuhi oleh hamba-Nya adalah supaya mereka beribadah kepada-Nya saja dan tidak berbuat syirik sedikitpun kepada-Nya, sedangkan hak para hamba yang pasti dipenuhi Allah ialah bahwa Allah tidak akan menyiksa orang yang tidak berbuat syirik sedikitpun kepada-Nya.

Aku bertanya: Ya Rasulullah, tidak perlukah aku menyampaikan kabar gembira ini kepada orang-orang?

Beliau menjawab: Janganlah kamu menyampaikan kabar gembira ini kepada mereka, sehingga mereka nanti akan bersikap menyandarkan diri."

Ayat dan hadits diatas hanya sebagian kecil dari dalil-dalil tentang hal ini, namun dengannya kita mengetahui bahwa perintah terbesar dari Allah Sang Maha Pencipta kepada manusia adalah ‘tauhid’ yaitu menujukan ibadah hanya kepada-Nya saja. Hanya Dia lah yang berhak disembah karena hanya Dia yang telah menciptakan alam semesta ini, hanya Dia yang memberi rizki, hanya Dia yang mengabulkan doa, hanya Dia yang Maha Kuasa, maka hanya Dia yang berhak disembah.

Allah berfirman (Al Qur`an surat Al Baqoroh [2] ) yang artinya:

21. Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,

22. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah[30], padahal kamu mengetahui.
[30]. sekutu-sekutu bagi Allah ialah segala sesuatu yang disembah di samping menyembah Allah seperti berhala-berhala, dewa-dewa, dan sebagainya.

Setiap manusia memiliki kemampuan untuk menjalankan perintah ini, dari bangsa apapun dia, dari ras manapun, bagaimanapun keadaan fisiknya, baik kaya ataupun miskin, pria atau wanita, muda atau tua selama masih memiliki akal sehat.

Allah adalah Al-Kholiq (Sang Maha Pencipta) dan segala sesuatu selain Allah adalah alam atau makhluq (yang diciptakan). AlQur`an adalah kalam Allah atau firman Allah bukan makhluk tetapi sifat Allah. Allah berada di atas semua makhluk, tidak menyatu dengan makhluk. Allah tidak sama, tidak menyerupai dengan makhluk, dan makhluk tidak ada yang menyamai Allah.

Allah berada di atas arsy di atas langit. Namun Allah Maha Kuasa dan Maha Mengetahui, Maha Melihat dan Maha Mendengar, Maha Perkasa dan Maha Bijaksana, Allah bersama semua makhluk-Nya dalam hal pengawasan-Nya, pengetahuan-Nya, kekuasaan-Nya, kasih-sayang-Nya dan kebijaksanaan-Nya dan Allah bersama makhluk-Nya yang beriman dan taat pada-Nya dalam hal kecintaan-Nya dan pertolongan-Nya. Maka hanya Allah lah yang berhak disembah.

Untuk lebih bisa memahami tauhid maka kita harus mengerti lawannya yaitu syirik.

Syirik adalah menyembah selain Allah walaupun disertai dengan menyembah Allah. Tauhid adalah menyembah Allah saja, sedangkan syirik adalah menyembah Allah disertai menyembah sesuatu selain Allah.

Segala sesuatu selain Allah adalah alam atau makhluk dan tidak berhak untuk disembah. Adalah hak Allah untuk disembah dan tidak disekutukan, yang berarti merupakan kewajiban setiap makhluk untuk menyembah Allah saja dan tidak ada satupun makhluk yang berhak untuk disembah.

48. Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang sangat besar. (AlQur`an surat [4.] An Nisaa')

Larangan terbesar dari Allah kepada makhluk adalah perbuatan syirik, dan ia merupakan dosa terbesar yang tidak akan diampuni jika tidak bertaubat, berhenti dan menyesalinya. Dosa lain selain syirik dapat diampuni walaupun seseorang belum sempat bertaubat, tauhid yang dia miliki dan kebaikan yang pernah dilakukannya dapat menjadi sebab dihapusnya sebagian dosanya atau bahkan seluruhnya hingga dia terbebas dari siksa, hal ini bagi siapa yang dikehendaki-Nya berdasarkan kasih sayang dan kebijaksanaan-Nya.

Kita bisa lebih bisa memahami tauhid dan syirik ini dengan melihat contoh:

Salah satu bentuk ibadah atau penyembahan yang banyak dilakukan manusia adalah berdo’a. Dalam Al-Qur`an dan Al-Hadits juga disebutkan bahwa doa adalah termasuk ibadah. Maka praktek tauhid dalam hal ini adalah bahwa jika kita berdo’a, maka kita hanya berdo’a kepada Allah saja secara langsung, tidak pada selain-Nya. Itulah salah satu bentuk pengamalan tauhid yang merupakan perintah terbesar itu.

Sedangkan lawannya, praktek syirik dalam hal ini adalah: berdoa kepada Allah disertai berdoa kepada selain Allah, baik itu kepada malaikat, nabi, wali, leluhur, jin dan lain sebagainya.

Termasuk juga praktek syirik adalah berdo’a kepada Allah secara tidak langsung yakni dengan perantara seseorang yang ghoib / yang tidak hadir. Misalnya seseorang berdo’a kepada ruh seorang wali agar menyampaikan permintaan orang tersebut kepada Allah, padahal Allah Maha Mendengar do’a seseorang, Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Allah tidak butuh perantara dalam mendengar do’a, mengabukan do’a, Kasih Sayang Allah sangat luas kepada siapapun yang langsung berdo’a kepada-Nya.

Allah senang jika hamba-Nya berdo’a langsung kepada-Nya dan Allah tidak rela pada seseorang yang berdo’a kepada selain-Nya walaupun sekedar perantara. Dan seseorang yang dijadikan perantara itu pun tidak akan mendengar doa yang ditujukan padanya karena dilarang oleh Allah, dan sekalipun mendengar maka dia tidak mampu mengabulkannya karena dia sendiri sedang mengharapkan rahmat Allah dan takut atas siksa-Nya. Mereka yang disembah / dido’ai selain Allah tidak sebanding sedikitpun dengan Allah.

Bacalah Firman Allah surat [17.] Al Israa'

56. Katakanlah: "Panggillah mereka yang kamu anggap (tuhan)[856] selain Allah, maka mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya daripadamu dan tidak pula memindahkannya."

[856]. Apa yang dikatakan mereka tuhan itu ialah, berhala, malaikat, jin dan sebagainya.

57. Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka[857] siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti.

[857]. Maksudnya: Nabi Isa a.s., para malaikat dan 'Uzair yang mereka sembah itu menyeru dan mencari jalan mendekatkan diri kepada Allah.

42. Katakanlah: "Jikalau ada tuhan-tuhan di samping-Nya, sebagaimana yang mereka katakan, niscaya tuhan-tuhan itu mencari jalan kepada Tuhan yang mempunyai 'Arsy".

43. Maha Suci dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka katakan dengan ketinggian yang sebesar-besarnya.

Jika kita sudah sedikit memahami tentang perintah terbesar yaitu tauhid dan larangan terbesar yaitu syirik maka kita akan melihat dengan kacamata ini kisah sejarah para utusan dan para pengikutnya dalam memperjuangkan misi utama mereka yaitu tauhid. Dan yang paling dekat dengan kita dan yang paling besar sepanjang masa adalah perjuangan nabi Muhammad -sholallahu ‘alaihi wassalam- dalam mendakwahkan tauhid di tengah-tengah umat yang telah berkelompok-kelompok dalam hal ini, diantaranya:

Pertama, kaum beliau sendiri yakni kaum musyrikin Arab yang dahulunya adalah kaum muslimin pengikut nabi Ibrohim dan Ismail –alaihimasholatu wassalam-, bahkan merupakan keturunan mereka berdua. Mereka meyakini bahwa Allah lah Tuhan alam semesta, namun seorang tokoh mereka menjadikan mereka berbuat syirik dengan menyembah selain Allah disamping menyembah Allah. Mereka menyembah ruh orang sholih melalui berhala padahal setanlah yang kemudian menggunakan berhala tersebut untuk tambah menyesatkan mereka, diantara mereka ada yang menyembah malaikat, bintang dsb.

Penyembahan mereka kepada selain Allah mereka anggap sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah padahal justru hal tersebut dilarang oleh Allah. Mereka yang menentang dakwah tauhid tersebut akhirnya diperangi oleh Rosulullah setelah beliau mempunyai pengikut dan kekuatan yang cukup.

Kedua, kaum nasrani yang terdiri dari berbagai bangsa seperti Romawi, Habasyah (sekarang Ethiopia), beberapa dari bangsa Arab, dll. Pendahulu mereka adalah kaum muslimin pengikut nabi Isa –alaihish-sholatu wassalam- yang setia. Beberapa dari mereka masih setia dan bertauhid namun kebanyakan telah terpengaruh budaya dan politik bangsa lain seperti Romawi sehingga jatuh pada syirik dengan menyembah nabi Isa yang mulia (mereka biasa memanggil beliau Yesus), atau ibunya yang suci yaitu Maryam (Bunda Maria), dan menyembah orang-orang sholeh dan pendeta mereka.

Tokoh-tokoh mereka mengetahui dan meyakini kenabian Muhammad -sholallahu ‘alaihi wassalam-. Diantara mereka ada yang mengikuti beliau dan menjadi sahabat beliau dan diantara mereka ada pula yang ingkar. Salah satu tokoh yang menerima kenabian beliau adalah Najasy Raja Habasyah, dia bahkan menolong kaum muslimin yang hijrah ke negerinya untuk menyelamatkan diri dari kekejaman kaum musyrikin Makkah kala itu. Sayangnya orang-orang dekat Raja tersebut tidak mau beriman kepada nabi.

Ketiga, kaum yahudi, pendahulu mereka adalah muslimin pengikut nabi Musa –alaihisholatu wassalam- kemudian mereka jatuh pada perbuatan syirik dengan menyembah nabi ‘Uzair, orang-orang shalih mereka, dewa-dewa, dll. Mereka terpengaruh oleh kebudayaan lain yang berinteraksi dengan mereka.

Mereka mengetahui dan meyakini kenabian Muhammad -sholallahu ‘alaihi wassalam- namun kebanyakan mereka tidak mau mengikuti karena nabi terakhir yang mereka tunggu-tunggu itu ternyata bukan dari bangsa mereka, yahudi, yang merupakan keturunan nabi Ishaq putra nabi Ibrohim, tetapi dari saudara mereka bangsa Arab. Padahal nabi Ibrohim, Ismail, Ishaq, Musa, Isa dan seluruh nabi sama-sama berdakwah kepada tauhid.

Beberapa orang yahudi pura-pura masuk Islam dan menjadi tokoh-tokoh orang munafik yaitu orang yang menyembunyikan kekafiran dengan menampakkan keislaman. Namun diantara mereka termasuk tokoh-tokoh dan ulama mereka ada pula yang masuk islam dengan sungguh-sungguh dan menjadi shahabat nabi.

Keempat, Kaum-kaum atau bangsa-bangsa lainnya, mungkin pendahulu mereka adalah kaum muslimin pengikut para nabi yang diutus pada mereka karena setiap kaum pasti telah diutus pada mereka seorang atau lebih nabi atau utusan Allah namun setan menyesatkan kaum tersebut setelah kematian para nabi.

Setan menjadikan agama mereka menyimpang jauh dari ajaran agama yang asli, yaitu agama Islam, agama tauhid. Jika kita lihat berbagai ajaran agama atau suku-suku niscaya akan kita temukan beberapa nilai-nilai tauhid dan kebaikan yang sesuai dengan ajaran islam, mungkin itulah sisa-sisa ajaran para nabi yang dahulu diutus pada mereka.

Kita tentu bertanya apakah ada kaum muslimin zaman sekarang yang terjatuh pada perbuatan syirik. Ada kelompok-kelompok dari umat islam yang mempraktekkan syirik walaupun mereka tidak mengakui bahwa yang mereka lakukan merupakan perbuatan syirik.

Diantara umat islam ada yang berbuat syirik dengan menyembah nabi Muhammad -sholallahu ‘alaihi wassalam-, mereka berdoa pada beliau dan mereka memohon syafaat / pertolongan beliau padahal beliau berada di alam yang lain yang berbeda dengan alam kita sedangkan hanya kepada Allah lah seharusnya kita menyembah dan memohon.

Selain menyembah nabi, mereka juga menyembah para wali dan orang-orang sholih, bahkan mereka ada yang meyembah jin atau setan. Renungkanlah teman, kesyirikan yang berkedok ajaran islam, itulah penyebab utama lemahnya umat islam, dan bencana yang menimpa. Lihatlah negeri kita Indonesia, sangat banyak umat Islam negeri ini yang mempraktekan syirik, terutama yang fanatik kepada tradisi dan organisasi.

Syirik adalah penyebab utama kesengsaraan dan bencana di dunia maupun akhirat sebagaimana umat-umat terdahulu yang telah dihancurkan Allah seperti umat nabi Nuh. Lalu bagaimana jika perbuatan syirik yang mengatasnamakan islam.

Lihatlah Indonesia, negara berpenduduk muslim terbesar di dunia saat ini namun masih banyak penduduknya yang berbuat syirik dengan mengatasnamakan islam bahkan dibuat acara resmi, dibanggakan dan dijadikan objek wisata. Maka kesengsaraan dan bencana telah banyak ditimpakan pada negeri ini, baik bencana alam dari darat, laut dan udara, kecelakaan dan kriminalitas, tidakkah kita sadari?

Marilah kita sadari dan lebih mempelajari tauhid kemudian mengamalkan dan mendakwahkan kepada saudara-saudara kita semampu kita, niscaya kita akan memperoleh kebahagiaan, ketenangan dan pertolongan dari Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Allah berfirman, surat [16.] An-Nahl yang artinya:

97. Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik[839] dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

[839]. Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman.

(Danang Wirawan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar